RUTENG – Tren kasus HIV dan AIDS di Manggarai cendrung meningkat. Hingga Maret 2016 tercatat 121 warga Manggarai terkena virus mematikan tersebut. Sebanyak 37 orang diantaranya meninggal dunia.
Mardianus mengatakan, kasus HIV AIDS di Manggarai dari tahun ke tahun cendrung meningkat. Sejak ditemukan pertama kali tahun 2008 hingga Maret 2016 sudah ada 121 warga yang mengidap HIV AIDS. Dari jumlah tersebut 80 kasus diantaranya HIV sementara 41 lainnya AIDS.
Menurut Mardianus, infeksi HIV AIDS sudah terjadi di semua kecamatan dengan beragam profesi dan golongan. Berdasarkan jenis kelamin, kasus terbanyak terjadi pada laki-laki yaitu 69 kasus atau 57,02 persen, sementara perempuan 52 kasus atau 42,98 persen. Berdasarkan profesi terbanyak Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 39 kasus disusul eks perantau alias buruh migran 37 kasus dan swasta sebanyak 16 kasus. Selain itu ada juga Sopir dan Petani masing-masing 9 kasus, tidak bekerja 5 kasus, PNS/TNI/Polri sebanyak 3 kasus serta ojek dan pekerja salon masing-masing 1 kasus.
Sementara itu berdasarkan faktor resiko kata Mardianus, kasus terbanyak terjadi pada kelompok heteroseksual yaitu sebanyak 78 kasus atau 64,46 persen. Disusul pasangan HIV Positif 36 kasus atau 29,79 persen. Kecuali itu pengguna NAPZA tergolong tinggi sebanyak yakni 21 kasus. Sementara tularan dari ibu ke anak sebanyak 5 kasus dan homoseksual sebanyak 1 kasus. “Yang tertinggi masih pada kelompok heteroseksual atau berganti-ganti pasangan. Ini juga terjadi akibat mereka tidak menggunakan kondom,” kata Mardianus.
Dari data yang sama jelas Mardianus, kasus terbanyak berada di kecamatan Langke Rembong yaitu sebanyak 36,36 %. Disusul Kecamatan Ruteng 16,53 %, Cibal 15,70 % dan Satar Mese Barat 8,26 %. Sedangkan kecamatan lainnya di bawah 5 %.
Menurut Mardianus, kendala utama dalam penanggulangan HIV AIDS selama ini yakni masih banyak orang yang belum paham tentang virus mematikan itu. Kecuali itu, keterlibatan berbagai pihak dalam penanganan HIV AIDS juga masih minim. Pada hal masalah HIV AIDS ini menjadi tanggung jawab bersama termasuk masyarakat. “Keterlibatan semua pihak belum nampak. Masih banyak orang yang menganggap penanganan HIV AIDS ini hanya tugas KPAD. Sesungguhnya ini urusan kita semua, pemerintah, swasta, lembaga agama, tokoh adat. Pokoknya semua, termasuk masyarakat,“ tegas Mardianus.
Mardianus mengungkapkan, selama ini pihaknya terus gencar melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta kampanye layanan VCT terutama kepada kelompok beresiko. Tujuannya agar mereka secara suka rela melakukan konseling dan tes HIV. Dengan demikian bisa ditangani secara dini jika telah mengidap HIV AIDS. Sementara kepada orang dengan HIV AIDS (ODHA) rutin diberikan retroviral serta pendampingan.
Mardianus lebih lanjut berharap semua pemangku kepentingan dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam penanganan HIV AIDS di Manggarai. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni dengan memberikan pencerahan kepada warga yang belum paham tentang HIV AIDS. *** YOGA