Pemkab Manggarai

Pemimpin: Bonum Commune atau Filosofi ‘Bang Motang’

SiaranPers HumasPro (Jumat, 26/08/2016)

Naring Morin agu Ngaran, Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng (sehati sesuara bersyukur kepada Allah Sang Pencipta) menjadi tema utama perayaan ekaristi syukur atas tugas baru yang diemban oleh Dr. Deno Kamelus, SH, MH dan Drs. Victor Madur sebagai Bupati dan Wakil Bupati Manggarai periode 2016-2021 yang digelar hari Kamis (25/08) pukul 10.00 WITA bertempat di Terminal Mena, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Romo Gabriel Harim, Pr dalam khotbahnya mengatakan bahwa kedua bacaan (Kitab Mazmur 138: 1-8; dan Mateus 11: 25-30) yang telah dimadahkan tadi merupakan bentuk ajakan bagi semua orang untuk bersyukur akan segala berkah pemberian yang telah diberikan Tuhan. Selain itu, kedua bacaan tadi juga mengajak kita, khususnya para pemimpin, untuk merefleksikan tentang sikap dan perilaku.

“Dua bacaan suci ini mengajak kita semua untuk merefleksikan sikap yang baik dan benar tentang sikap yang layak dan pantas bagi semua orang beriman, teristimewa bagi para pemimpin. Pemimpin di sini tentu tidak hanya bapak bupati dan bapak wakil bupati, tetapi seturut panggilan kita sebagai orang beriman, kita semua adalah pemimpin”, tuturnya dalam khotbah.

“Tugas utama seorang pemimpin adalah kudut hilir famili pala sili, kudut benta kesa pala eta, kudut anggom bangkong pala awo, kudut tae ase kae pala sale, kudut neki ca nai ca anggit tuka ca leleng pande maju tana Manggarai ho’o (bersama-sama dengan rakyat, bersatu padu membangun Manggarai)”, lanjutnya.

Lebih lanjut, Romo Gabriel juga menekankan agar para pemimpin jangan bersikap mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. “Pemimpin yang baik dan benar tentunya jangan pakai filosofi orang Manggarai, filosofi Bang Motang (awalnya duduk bersama merencanakan namun dalam tataran pelaksanaan dan hasil dikerjakan sendiri tanpa melibatkan orang lain)”, tuturnya.

“Refleksi kedua dalam kaitan dengan kita semua sebagai pemimpin oleh karena panggilan kita sebagai orang Kristen. Refleksi yang  kedua, kita refleksikan bersama tentang filosofi Kekep Seng Tiwit Ringgi (transparansi dalam pengalokasian dan pengelolaan anggaran). Ada istilah orang Manggarai begini, eme limam pulu am hitu kali dumpu, eme ceratus damang de katu, eme ca juta damang de tombo agu ata tua, landing neka rengus du werus, neka bebil du teing, neka jogot du rogo boto toe cumang lite Surga (pertanggungjawaban kesejahteraan orang yang dipimpin, pemimpin harus selalu berada di tengah rakyatnya dilandasi oleh rasa kepedulian, kasih dan penuh pengabdian)”, katanya.

Sebelum menutup kotbahnya, Romo Gabriel menyampaikan tiga permenungan kepada semua umat Kristen “Pemimpin yang berkarakter bukan karena jam terbang yang tinggi tetapi ada catatan prestasi yang gemilang. Hal kedua yang menjadi permenungan adalah kredibilitas. Kredibilitas seorang pemimpin amat berpengaruh terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Kredibilitas berarti komitmen, integritas dan tanggung jawab. Kredibilitas dimaknai dan direnungkan juga berkaitan dengan ketenangan batin dalam seluruh keputusannya. Pemimpin yang baik tentu juga memiliki inspirasi keteladanan, satu kata dan tindakan, satu tekad dan perbuatan”, pesannya.

Butuh Kemampuan Mengingat dan Melupakan

Dalam sambutannya, Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH, MH menekankan tentang pentingnya kemampuan untuk mengingat dan melupakan.

“Hari ini ibarat kita dalam sebuah persendian waktu. Karena dalam persendian waktu, maka kita harus melihat yang kemarin, lihat yang hari ini dan juga lihat yang ke depan. Acara hari ini, kita bisa katakan sebagai sebuah stimulus untuk kita kemudian berpikir tentang hari kemarin juga”, tuturnya pada awal sambutan.

“Hari kemarin mewariskan kepada kita tiga hal. Pertama, ada masalah hari kemarin. Dalam konteks pilkada, kita tidak boleh mengatakan bahwa hari kemarin tidak ada masalah, pasti ada. Ada tumpahan-tumpahan masalah. Tetapi dalam sebuah persendian waktu, ada tugas dimana kita merekonsiliasi kembali semua masalah yang terjadi kemarin. Kedua, endapan masa lalu itu adalah kegagalan. Ketiga, adalah sukses”, tuturnya.

“Dalam konteks ini, maka yang dibutuhkan oleh kita semua, termasuk saya dan wakil bupati, adalah dua kemampuan yakni kemampuan untuk mengingat dan melupakan. Hal ini hanya bisa dibuktikan lewat kerja nyata dan melalui keseharian hidup kita”, tuturnya.

“Pak Ben Mboi pernah berpesan, siapa yang tidak menghargai hari kemarin, tidak berhak memiliki hari esok, karena hari esok baginya adalah hari kemarin”, katanya.

“Di dalam persendian waktu, Manggarai akan terus berjalan 5 tahun ke depan. Kita akan membawa Manggarai ke arah makmur, sejahtera, adil, merata dalam rangka menuju Bonum Commune (kesejahteraan bersama). Hal lain yang akan dilakukan adalah konsolidasi internal birokrasi, penataan perangkat organisasi pemerintah yang baru, penerapan disiplin PNS”, tuturnya.

Bupati Manggarai juga meminta dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama membangun Manggarai ke arah yang lebih baik.

(Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Manggarai)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *