Pemkab Manggarai

Jaga dan Wariskan Budaya Manggarai

Siaran Pers HumasPro. Senin (25/07/2016)

Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH.MH, Unsur FORKOPIMDA Kabupaten Manggarai, dan para pimpinan SKPD lingkup Pemkab Manggarai, Senin (25/07) pukul 13.30 WITA, menghadiri kegiatan sosial kebudayaan acara adat congko lokap Gendang Cumbi Mese di Desa Cumbi, Kecamatan Ruteng. Kehadiran elemen pemerintah dalam ritus budaya ini merupakan wujud nyata bentuk kepedulian untuk mempertahankan keberadaan unsur budaya sebagai salah satu fondasi pendukungan roda pembangunan.

Ada dua poin penting yang diangkat Bupati Manggarai dalam sambutannya yakni pertama, budaya memberikan manfaat yang sangat berharga bagi kehidupan orang Manggarai. Kedua, orang berbudaya adalah orang yang “sehat”. Sehat dalam artian sadar dan menghargai budaya sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dilepas pisahkan dalam keseharian hidup orang manggarai

“Ritus budaya (congko lokap) yang kita lakukan hari ini sebenarnya mau mengingatkan kepada kita bahwa budaya itu penting dan bermanfaat bagi orang Manggarai baik untuk hari kemarin, saat ini dan hari esok” tutur Bupati Manggarai saat memberikan sambutan.

Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa di balik kebudayaan Manggarai terkandung nilai filsafat. “Kebudayaan Mangarai yang tampak baik itu ritus adat, konstruksi rumah adat maupun sistem pembagian tanah mengandung suatu nilai filsafat yang sangat berharga tentang hidup baik itu untuk diri sendiri, sesama maupun dengan alam lingkungannya“ ujarnya.

cl2

“Pemerintah hadir dalam acara ini sebagai bentuk dukungan dan dorongan tentang kesadaran akan pentingnya nilai budaya dalam kehidupan. Apalagi nilai budaya orang Manggarai sudah menjadi warisan nasional (national heritage) dengan diakuinya acara adat penti, konstruksi rumah adat, dan sistem pembagian tanah berbentuk jaring laba-laba (lodok)” katanya.

Bupati Manggarai berpesan agar nilai budaya ini dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. “kepada generasi muda, anak-anak saya baik yang masih SD, SMP, SMA, mari ikuti ritus ini. Kita diajarkan tentang kebudayaan pada saat-saat seperti ini” imbuhnya.

Ritus adat ini merupakan puncak dari beberapa ritus yang telah diselenggarakan sejak 11 Juli 2016 sebagai bentuk ucapan syukur karena Rumah adat (gendang) Cumbi Mese ini telah selesai dibangun setelah habis terbakar pada tahun 2011. Di balik kemegahan rumah adat ini tersimpan sebuah sejarah menarik tentang perjuangan Empo Ko’a, leluhur suku cumbi dari Gendang Cumbi Mese. Empo Ko’a diutus oleh Raja Todo ke Wolo Kali, Wae Lengga, untuk berjuang mempertahankan wilayah perbatasan. Beliau kemudian meninggal dunia di medan pertempuran dan dimakamkan di Golo Kali. Tanggal 11 Juli 2016, warga Cumbi menggelar ritus relokasi kubur Empo Ko’a dari Golo Kali ke Gendang Cumbi Mese. (Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai.)

cl3

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *