Pemkab Manggarai

Dinas Koperasi,UMKM dan Naker Launching  PBLD Bagi Pengusaha UMKM di Manggarai

Ruteng, Diskominfo Manggarai – Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Tenaga Kerja kabupaten Manggarai bekerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (YAI) melaunching  Pusat Belajar Literasi Digital (PBLD) bagi pengusaha UMKM di kabupaten Manggarai. PNLD merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.

Kegiatan yang melibatkan pelaku UMKM dan penyandang Disabilitas di Kabupaten Manggarai ini, dilaksanakan di Aula Kantor Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Manggarai, di Mbaumuku Kecamatan Langke Rembong, Rabu 15/05/2024.

Pusat Belajar Literasi Digital (PBLD) merupakan ruang bersama bagi pemilik UMKM untuk meningkatkan keterampilan dalam literasi digital, khususnya dalam penggunaan e-commerce, media sosial, fotografi produk, dan pengelolaan aplikasi/platform online untuk bisnis.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja Federikus I. Jenarut, SE., mengatakan Dinas yang dipimpinnya memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD) “Kegiatan ini, kami sambut baik karena sejalan dengan arah kita. Kami punya pendamping UMKM, kami punya ULD khusus tenaga kerja disabilitas. Kami sangat mendukung dan support sekali kegiatan ini,” ujar Kadis Jenarut.

ULD ini juga kata Kadis Dicky Jenarut, dimaksudkan sebagai wadah peningkatan kapasitas, kesadaran sehingga nantinya betul-betul bisa berdaya saing dan mandiri secara ekonomi.

Kadis Dicky Jenarut mengatakan sebagai dinas yang berperan mendampingi para pelaku UMKM, berharap agar semua pelaku UMKM memanfaatkan fasilitas ini untuk belajar memasarkan produknya “Kami juga akan bantu memasarkan produk-produk mereka. Tentunya Ada link untuk promosikan produk mereka, tapi kita pihak lain punya peran juga melanjutkan pemasaran produk ini sehingga tidak hanya selesai di pemasaran tapi mereka juga bisa hasilkan sesuatu terutama bagi kelompok disabilitas,’’ tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Perwakilan NLR Indonesia, Fahmi Arizal mengatakan, masyarakat sipil mestinya berkontribusi  dan mendukung apa yang dilakukan pemerintah. Karena dengan ruang lingkup yang luas, Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri.

“Peran kami dari NRL Indonesia dan organisasi serupa mengisi kekosongan dan mendorong akselerasi yang mungkin belum dijangkau pemerintah, sehingga pemerintah dan masyarakat bisa sama-sama memenuhi pelayanan publik yang setara. Kehadiran kami memberikan dukungan dan mendorong akselerasi percepatan,” ujarnya.

Dijelaskan, dalam undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang disabilitas, dibahas tentang apa yang harus diwujudkan agar hak-hak penyandang disabilitas bisa terwujud. Untuk itu NLR juga memiliki kewajiban untuk mencari sumber-sumber pendanaan dengan pihak-pihak yang memiliki kepedulian dengan penyandang disabilitas. NRL Indonesia menawarkan program dan tentu situasi yang terjadi di Indonesia atau konteksnya dalam hal ini di Manggarai, ada dukungan terkait sarana dan prasarana, peningkatan kapasitas.

“Pendekatan utama yang kita lakukan adalah pendekatan rehabilitasi sumber daya masyarakat, bahwa ketika kita ingin memberikan dukungan  kepada penyandang disabilitas, kita harus kenali potensi yang ada di sekitar masalah itu sendiri. Siapa pihak yang konsen di isu pendidikan, kesehatan, mata pencaharian kita petakan aktor-aktor tersebut dan salah satu aktor utamanya adalah dengan Koperasi UKM dan Tenaga Kerja,” paparnya.

Selain itu lanjutnya, dukung membangun infrastruktur dan memastikan ruang-ruang publik tersedia aksesibilitas yang layak. “itulah komitmen kami dari NRL Indonesia dan kami bisa bergerak jika memiliki data-data yang cukup, memiliki informasi yang lengkap terkait apa konkritnya kebutuhan kaum disabilitas terutama di Kabupaten Manggarai,”ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, di tingkat Nasional pihaknya terus berkoordinasi dengan kementerian terkait dan pihak Universitas namun juga tidak melupakan koordinasi dengan tingkat lokal  “kita buka platform ditingkat lokal dulu, biar yang tingkat lokal pahami dulu, biar teman-teman tidak bingung bagaimana mengaksesnya,’’paparnya.

Ia menyebut, dalam skema program besar publik tidak berhenti hanya di pusat pembelajaran digital literasi tapi bagaimana ini bisa terhubung dengan jaringan tingkat nasional maupun global sehingga produk-produk teman-teman bisa muncul dalam katalog promosi yang disiapkan Pemerintah maupun pihak swasta.

Selain dalam tataran digital literasi, dalam program Kelompok Usaha dan Bisnis Inklusif (Kubik) ada mandat yang lebih besar lagi, seperti apa usaha mereka, seperti permodalan baik yang diberikan langsung maupun anggaran yang diberikan pemerintah sehingga mereka paham bagaian alurnya untuk bisa mengakses itu.

Digitalisasi marketing merupakan satu bagian saja tetapi kewirausahaan itu yang sedang kita sama-sama garap untuk pelaku usaha sehingga memiliki ilmu dan keterampilan yang lebih komperhensif.

Sementara itu Yemias  Apriliano Santoso dari Yayasan Ayo Indonesia menjelaskan, berbicara mengenai aksesibilitas di Kabupaten bukan tanpa kendala. Ia menuturkan terdapat setidaknya dua kendala, yaitu aksesibilitas fisik dan non fisik.

Yeremias melanjutkan, terkait kendala fisik yang dialami kaum disabilitas  yang ada di pedesaan, masih ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan dengan cara menggabungkan ke dalam kelompok-kelompok dan dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan

“Kami juga turun langsung untuk lakukan pendampingan kepada teman-teman disabilitas di desa-desa yang jangkauan aksesibilitasnya cukup sulit. Yang paling utama adalah kendala aksesibilitas non fisik, seperti pemahaman, pelayanan,kesadaran orang tentang disabilitas.,” jelasnya.

Perhatian utamanya dari program Kubik ini adalah mata pencarian, karena kaum disabilitas ini sangat sulit mengakses bursa kerja formal “Makanya kita coba berdayakan mereka untuk pekerjaan lain di bidang in-formal “sejauh ini sebanyak 35 penyandang disabilitas dan pendamping disabilitas yang usahannya sudah berkembang dengan baik, ada yang mulai dari nol kami suport modal usahanya sampai pendampingannya,’’katanya.

“Apalagi teman-teman disabilitas ini kebanyakan belum cukup memiliki kapasitas tentang enterpreneursip. Jangankan bicara tentang pengetahuannya, mereka sadar tentang  enterpreneursip saja tidak mudah. Itu yang kami bangun di tahun-tahun awal pengembangan project ini dan berkolaborasi dengan dinas koperasi UMKM dan tenaga kerja,” pungkasnya. (Aristo)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × one =