Pemkab Manggarai

Bupati Hery : Kepergian Uskup Hubertus Adalah Kritik Bagi Kami

Kominfo – Bupati Manggarai Herybertus G.L Nabit, S.E.,M.A mengatakan kepergian Mgr. Hubertus Leteng yang mendadak adalah kritik bagi kami, bahwa hidup ini sesungguhnya harus dijalani dengan Sederhana dan Diam.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Herybertus Nabit, saat memberikan sambutan seusai mengikuti Misa Requiem pemakaman Uskup Emeritus Hubertus Leteng, Rabu 3/8/2022, bertempat di Gereja Katedral Ruteng.

“Diam-diam ia pergi dalam sunyi, di hari Minggu pagi, ketika kita-kita yang lain bersiap-siap ke gereja untuk memuliakan nama Tuhan. Memang ia sedikit gelisah pada jam 4 pagi, begitu yang saya dengar dari testimoni para frater Keuskupan Bandung, yang baik menjaganya malam itu. Tapi dua jam kemudian, kegelisahannya terhenti dan diganti dengan ketentraman Mori Keraeng Empa Pu’un Kuasa,”ungkapnya.

“Betapa Tuhan memilihkan saat terbaik untuk memanggil kekasih-Nya Mgr.Hubertus Leteng, Saya tidak heran karena memang demikianlah Tuhan bertindak bagi hamba-Nya yang diam,”ujarnya.

Dia Diam lanjut Bupati Hery karena tidak pernah terdengar nada protes dan mengeluh sedikitpun dari mulutnya.
Dari cerita teman-teman dan adik kelasnya di kisol sampai Seminari Tinggi Ritapiret kata Bupati Hery,, Mgr Hubertus adalah seorang devosi kuat Bunda Maria.

Sembahyang kontas Rosario tiap hari paling kurang 5 peristiwa, dari dulu sejak tahun 1974, dan saya yakin hingga kematiannya hari Minggu lalu “Akhirnya saya paham, diamnya Mgr.Hubertus adalah diamnya bunda Maria. Menyimpan segala sesuatu di dalam hati, tanpa banyak bertanya-tanya dan berkata -kata, sambil membingkai segala peristiwa hidupnya dalam kehendak ALLAH, voluntas dei dan mengolah semua itu menjadi energi jiwa,”kata Bupati Hery.

“Bagi saya diamnya Mgr. Hubertus bukan karena dia tidak mau omong tetapi sebuah sikap dasar yang sengaja dipilih. Dan itulah yang terjadi dalam perjumpaan saya secara pribadi meski singkat dengannya. Diam-nya adalah Mendengarkan dan Menyimak. Bicaranya terukur dan perlu-perlu saja. Maka diam-nya ini membuat saya dan siapapun yang berkontak dengannya, selalu merasa at home dan akhrab,”sambungnya.

Dengan diamnya ini, lanjut Bupati Hery, sedikit membantu saya memahami bagaimana dia mengelola beberapa kenyataan yang menurut kacamata saya sebagai orang awam, kontroversial.
Bupati Hery menuturkan, kehadiran beliau di Keuskupan Ruteng sebagai gembala agung dimulai dengan sorak sorai, gegap gempita, sukacita, lagu dan tari. Langit-langit congka sae ikut bermadah dari Wae Mokel sampai Selat Sape.

Tak lama sesudahnya, tepatnya 5 tahun lalu, dia harus pergi dari sini, dalam sunyi sendiri. Ke tanah asing yang hanya dia yang tahu. Gemuruh kata dan suara sumbang tanpa pernah ia tantang. Badai mengguncang tanpa pernah ia mengelak.Dia menerima dalam diam.

Akhirnya karena diamlah ungkap Bupati Hery, semua itu diolah menjadi energi jiwa. Maka semua kadar derita dan sakit yang dialami-nya dan takaran jenis

Kesengsaraan yang menimpanya, khalayak ramai tidak perlu mengetahuinya atau turut menghayatinya. Mgr.Hubertus bahagia di dalam anugerah kemuliaan yang diterimanya dalam rahasia.

Kritik kedua ungkap Bupati Hery, yakni; Sederhana.
Ini yang paling gambang dan kasat mata. Sederhana. Bukan hanya apa yang ia kenakan yang rapih tapi seluruh gesture, bahasa tubuhnya adalah kesederhanaan. Tidak wah! tidak megah! jauh dari kesan mewah.

Bahasa yang teratur, sopan santun, senyumnya, gaya bicara yang membuat partner bicara serasa duduk sama rendah berdiri sama tinggi, yang memperlakukan lawan bicara sebagai saudara dan seluruh bahasa tubuhnya, semua itu adalah kesederhanaan.

Mengapa ia begitu sederhana? Dia seorang doktor teologi, hampir seluruh hidupnya dihabiskan di lembaga pendidikan, yang berarti dia berwatak ilmiah.

Tapi mengapa ia sederhana? akhirnya saya paham dari motto thabisan uskupnya “Kamu Semua Adalah Saudara”. Memang begitulah menjadi saudara bagi sesama , lingkungan dan alam, membutuhkan sebuah kerendahan hati. Dan ini tampak pada diri Mgr.Huber.

Di awal-awal masa Episkopalnya, ia giat menanam pohon dan menggalakan Pastoral ekologis, misa di sirise, daerah pertambangan dan sebagainya.

Maka bagi saya, komplitlah kesederhanaan Mgr. Huber Lahiriah dan rohaniah! Dan inilah ideal kehidupan seorang beriman. Dalam kesederhanaan, hidup manusia memang menjadi tua dan redup tapi mencintai dan berbagi adalah kewajiban pemanusiaan sepanjang perjalanannya.

Dalam kesederhanaan, yang terjadi ialah berpikirlah efisien.Janganlah menghabiskan tenaga dan waktu untuk kesementaraan melainkan untuk keabadian. Jangan pula menumpahkan profesionalisme untuk menggapai uang, harta, rumah besar, nama besar dan sebagainya, yang toh tidak akan menyertaimu selama-lamanya.
Akhirnya apa yang tinggal? bagi saya sebagai seorang beriman, dengan spirit Sederhana dan Diam dalam hidup, maka apa yang selalu diyakini adalah: Tidak Ada Santo atau Santa Tanpa Masa Lalu Yang Kelam. Dan Tidak Ada Pendosa Tanpa Masa depan.

Dengan kata lain:
Setiap orang kudus selalu memiliki masa silam yang gelap dan setiap pendosa selalu memiliki masa depan.
“Frase yang saya sebutkan ini, telah saya ubah sedikit. Aslinya adalah ucapan dari Oscar Wilde novelis dan penyair Irlandia yang berkata :”Every saint has a past and every sinner has a future”,katanya.

Maka dengan keyakinan yang sama dan dengan air mata terurai, kami melepasmu pergi, Mgr.Hubertus Leteng. Tapi engkau tidak mati. Engkau abadi di hati kami. Untuk kasih sayangmu bagi tanah dading Manggarai, saya mengucapkan terimakasih berlimpah.

Begitu indahnya jalan hidup yang engkau tinggalkan, maka atas nama rakyat kabupaten Manggarai yang adalah saudara dan saudarimu, saya memohon doamu agar kami dikuatkan untuk membuktikan bahwa sesungguhnya sikap Sederhana dan Diam adalah jalan kemanusiaan menuju Surga.

Misa Reguiem yang dipimpin Uskup Ruteng Mgr.Siprianus Hormat ini, turut pula dihadiri Uskup Bandung Mgr.Antonius Subianto Bunyamin, Uskup Agung Ende, Mgr.Sensi Potokota, Uskup Sorong Mgr.Hilarion Datus Lega, Sekda Manggarai dan Mangarai Timur, Vikjen Keuskupan Ruteng Romo Alfons Segar, pr, Ketua DPRD Manggarai, pimpinan OPD lingkup Pemkab Manggarai, para Imam Konselebran, siswa-siswi dan Umat Keuskupan Ruteng.

Selesai perayaan Misa, dilanjutkan dengan acara pemakaman Uskup Emeritus Hubertus Leteng yang terletak di samping barat Gereja Katedral Ruteng. (ars)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *