Ruteng – Bupati Manggarai Dr.Deno Kamelus, SH.,M.H berjanji akan mengadakan Festival Berstandar Nasional di Kabupaten Manggarai tahun 2020 mendatang.
“Tahun depan kita adakan Festival Wae Rebo, tempatnya di Dintor bukan di Ruteng,”kata Bupati Deno, saat memberikan sambutan acara puncak Festival Songke dan Ranaka di pelataran Rumah Wunut Ruteng, Sabtu (23/11/2019).
Bupati Deno meminta agar nantinya saat Festival digelar, diadakan juga lomba narasi tentang Wae Rebo dan hubungannya dengan wilayah sekitar, seperti Todo.
Dijelaskannya, pariwisata saat ini telah dijadikan sebuah prime over “Artinya kita mau mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial tentu demi meningkatkan perekonomian,”ujarnya.
Meski diakui Bupati Deno, kurangnya pengalaman, kemampuan, kapasitas, dan keterampilan yang cukup untuk mendesain sebuah festival “Saya sudah minta Dr.Teguh, di Kementerian Pariwisata, kebetulan beliau dari Ende untuk membantu pelatihan Even Organizer ( EO) bagi anak-anak kita dan akan dibiayai pihak Kementerian,”katanya.
Bupati Deno mengatakan, akses menuju destinasi-destinasi pariwisata harus menjadi prioritas “Kita sudah ajukan dana DAK untuk perbaikan jalan dari Pela menuju Dintor lalu ke Wae Lomba, meski usulan tersebut dicoret saat rapat koordinasi teknis,”ungkapnya.
Proposal ini kata Bupati Deno, juga sudah disampaikan kepada Badan Otorita Pengembangan Pariwisata (BOPP) Labuan Bajo Flores namun hingga kini belum ditanggapi “Tiap tahun kami keluarkan uang 6 miliar untuk perbaikan jalan ke Wae Rebo, dari uang yang ada 1, 6 triliun,”ungkapnya.
Selain itu, Beliau juga menegaskan akan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati terkait status Rumah Wunut (Mbaru Wunut). Untuk itu Ia meminta Dinas Pariwisata, agar mendiskusikan bersama dengan tokoh masyarakat, terkait sejarah keberadaan Rumah Wunut “Nanti saatnya akan dibuat keputusan, apakah Rumah Wunut ini sebagai cagar budaya. Biar nanti kita akan fungsikan Rumah Wunut sesuai SK Bupati,”tegasnya.
“Demikian juga dengan Patung Motang Rua, yang akan kita tempatkan di Lapangan Motang Rua”sambungnya. Hal tersebut katanya, merupakan bagian dari upaya membenahi warisan-warisan leluhur yang ada di Kabupaten Manggarai.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pemasaran pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Propinsi NTT, Alfons Anakian mengatakan festival Songke dan Ranaka yang digelar ini, memiliki nilai sosial dan budaya yang sangat tinggi yang mesti terus dijaga, dirawat, dilestarikan dan ditumbuhkembangkan “Kegiatan ini, selain sebagai momen persaudaraan, kebersamaan, kekeluargaan tetapi sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Manggarai,”kata Dia.
Lebih lanjut dikatakan, kehadiran remaja dan kaum milenial merupakan wujud bersama untuk mempertahankan dan melestarikan budaya warisan leluhur. Selain itu kata Alfons, festival ini sebagai kesempatan untuk memperkenalkan dan meningkatkan kunjungan wisata serta mempromosikan berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Manggarai.
Tarian Tiba Meka dibawakan Mahasiswa UNIKA St. Paulus Ruteng. Foto : Kominfo
Ketua Komunitas Ca Nai, Tedy Nahas menuturkan selain kegiatan trakking ke puncak Ranaka, lomba selvi dan lomba cipta lagu Ranaka, pada malam puncak festival diisi berbagai acara, diantaranya tarian bernuansa budaya Manggarai, lagu-lagu daerah, pembagian hadiah bagi para pemenang lomba trakking, foto dan cipta lagu serta pemenang lomba kebersihan toilet di sejumlah OPD-OPD yang ada di Ruteng. (ars)