Pemkab Manggarai

BKKBN Provinsi NTT Tandatangani MOU Dengan Keuskupan Ruteng

Kominfo – Dalam upaya menanggulangi tingginya angka stunting dan kematian ibu dan anak, khususnya di wilayah Manggarai Raya, Pemerintah Provinsi NTT melakukan penandatanganan Memorandum Of Understanding (MOU) atau nota kesepahaman dengan pihak keuskupan Ruteng.

Penandatanganan MOU ini berlangsung di aula Nucalale kantor Bupati Manggarai, Senin 29 November 2021.

Kepala perwakilan BKKBN Provinsi NTT Marius, dalam sambutannya mengatakan penandatangan MOU ini dilatarbelakangi berbagai persoalan yang terjadi di Provinsi NTT selama ini, di antaranya kemiskinan yang hingga kini masih berkisar 29,9 % atau angka absolutnya masih 1.100.000 penduduk NTT dikatakan miskin.

Marius menuturkan, upaya menurunkan angka kemiskinan terus dilakukan di angka 19% hingga 21% pada tahun 2020. Pada bulan Maret 2021 turun menjadi 20,9%, ” tidak pernah turun dari 19 persen, ini suatu pekerjaan berat yang harus disikapi bersama,” katanya.

Selain itu Marius menjelaskan, persoalan stunting di NTT salah satu yang paling tinggi di Indonesia. Pada tahun 2019 berada pada 43,82%, sementara pada bulan Agustus 2021 stunting di NTT turun menjadi 20,9%, “tetapi kita harapkan stunting kita berada di bawah 10 persen, karena apa? karena sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia kita ke depan,” ujarnya.

Selain itu dijelaskan juga persoalan kematian Bayi yang juga masih tinggi di NTT. Ada beberapa faktor penyebabnya, “tahun ini saya minta kepada Undana dan Unimor untuk melakukan penelitian terkait kematian bayi dan stunting serta kemiskinan. Saya minta mereka mencari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kematian bayi dan stunting yang tinggi serta kemiskinan yang tidak selesai-selesai,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Marius juga memaparkan persoalan rata-rata lama sekolah dan kehamilan di kalangan remaja, “rata-rata lama sekolah di NTT hanya 7,63 tahun, artinya orang NTT seolah-olah kita masih pada bangku SMP kelas dua,” jelasnya.

Dikatakan Marius ,sesuai hasil SDKI dan Susenas, kehamilan di kalangan remaja putri usia 15 hingga 19 tahun di NTT berada di 27/1000, artinya setiap 1.000 anak perempuan usia 15 hingga 19 tahun terdapat 27 yang hamil.

Ia juga menekankan, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di atas, tidak hanya kerja pemerintah tetapi berkolaborasi dengan semua komponen termasuk tokoh agama.

Penandatanganan MOU kata Marius, tentu merupakan komitmen untuk sama-sama membangun dan menyelesaikan berbagai persoalan di NTT, khususnya di tiga Manggarai.

Sementara itu Uskup Ruteng Mgr.Siprianus Hormat mengatakan, sejalan dengan pandangan gereja universal, gereja lokal keuskupan Ruteng memandang keluarga sebagai eklesia domestika, gereja domestik, gereja kecil tempat kudus bagi kehidupan.

Keluarga menurut Uskup Siprianus merupakan rahim bagi humanisasi insan pribadi. Dan dengan ini, lanjut Uskup, keluarga-keluarga dipandang sebagai sel-sel hidup dalam masyarakat dengan segenap kelebihan dan kekurangannya.

Keuskupan Ruteng kata Uskup Siprianus, menaruh atensi sangat maksimal bagi pelayanan keluarga katolik dengan membentuk komisi keluarga, sebagai koordinator dan multifator dalam menggerakan semua kekuatan pastoral, baik dari paroki sampai ke tingkat komunitas basis gerejani untuk mewujudkan keluarga yang makmur bahagia dan sejahtera secara lahir dan bathin, “kami mengapresiasi program bangga kencana dan program pembangunan keluarga sejahtera dari pemerintah melalui BKKBN yang bertujuan mempercepat penurunan stunting, angka kematian ibu dan bayi demi terwujudnya keluarga yang bahagia dan sejahtera,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan, gereja lokal Keuskupan Ruteng mendukung program ini dan hendak terlibat aktif di dalamnya dengan mengerahkan sumber daya yang ada, demi pelayanan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga.

Uskup Siprianus menegaskan, gereja dan pemerintah berkomitmen untuk melakukan langkah-langkah bersama dalam upaya memberikan sosialisasi, komunikasi, informasi dan edukasi tentang penurunan stunting, angka kematian ibu dan bayi demi terwujudnya keluarga sehat dan sejahtera, “mari kita bersinergi lebih baik lagi, untuk mengoptimalkan ruang-ruang edukasi ini, untuk promosi dan sosialisasi bangga kencana dan pembangunan keluarga sejahtera dalam perspektif kristiani ke depan,” katanya.

Sebagai Uskup Beliau berjanji, akan mendorong seluruh perangkat pastoral keuskupan, dari level keuskupan sampai tingkat komunitas basis gerejani untuk giat bekerja sama dalam program ini.

Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, S.H dalam sambutannya mengajak semua pihak, mulai dari gereja, tokoh umat, tokoh adat, LSM, media masa agar bersama-sama membantu pemerintah menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada terutama stunting dan kematian ibu dan bayi, “saya kira nota kesepahaman ini bisa membangun komitmen bersama antara pemerintah daerah dan tokoh agama serta stekholder lainnya. Kita bisa gunakan ruang-ruang yang ada, seperti mimbar gereja, masjid sebagai konteks pemberdayaan dan untuk mengingatkan masyarakat,” terangnya.

Selain itu di tempat yang sama, dilakukan juga penandatanganan MOU antara Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Manggarai , Manggarai Barat dan Manggarai Timur denga Komisi Keluarga Keuskupan Ruteng.

Penandatanganan MOU yang diwakili oleh Vikjen Keuskupan Ruteng RD. Alfons Segar dan perwakilan BKKBN Provinsi ini, turut disaksikan Wakil Bupati Mangggarai Heribertus Ngabut, Uskup Siprianus Hormat, Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, Ketua Komisi Keluarga keuskupan Ruteng RD. Blasius Harmin, Ketua JPIC RD. Marten Jenarut, Ekonom Keuskupan Ruteng Pater Alo Johnson, para kepala bidang serta para kepala seksi pada Dinas P2KBP3A Kabupaten Manggarai.  (ars).

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *